Nama lengkap beliau Abu Soleh Muhyidin Abdul Qadir bin Musa al Jailani al Hasani al Huseini, dilahirkan di su- atu tempat bernama “Jaelan” pada tanggal 1 ramadhan 471 H. suatu daerah yang terletak di bagian luar dari ne- geri Thabaristan. Beliau masih ada nasab dengan Rosu- lulloh SAW, beliau sejak muda gemar menuntut ilmu di antara guru-guru beliau adalah Syeh Abi al wafa, Syeh Abil Khatthab al kalwadzani, dan Syeh Abil Husein Abu ya’la dan masih banyak yang lainya. Syeh Abdul Qodir al Jailani dengan penuh jeripayah berusaha memperoleh ilmu-ilmu agama seperti Fiqh, adab, thoriqoh, sehingga dirinya menyebabkan menjadi seorang yang a’lim. Beliau selalu dalam keadaan suci, mengerjakan sholat subuh masih menggunakan wudhu yang diambil ketika hendak mengerjakan sholat isya’. Apabila berhadats beliau cepat cepat mengambil air wudhu. Setiap malam sehabis solat isya hingga menjelang sholat subuh waktunya dipergu- nakan untuk mendekatkan diri pada Allah dengan mem- perbanyak dzikir, tafakkur dan bertawajjuh kehadiratNya. Bagi beliau mempunyai pendirian hidup yang selalu dida- sarkan kepada tuntunan ajaran Islam, beliau lebih suka makan rumput yang halal daripada roti yang diperoleh dengan jalan Syubhat, ini sikap kehati-hatian terhadap kehidupan dunia ini terutama terhadap benda apa saja yang syubhat kedudukannya apalagi terhadap benda yang jelas-jelas haram hukumnya. Pada tahun 521 H/ 1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Beliau menghabiskan waktunya sebagai pengembara Sufi di padang pasir Irak dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya tahun 561 H, Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H). Juga dipim- pin anak kedua AbdulAbdul Qodir Jailani, Abdul Rozaq (528-603 H) sampai hancurnya baghdad pada tahun 656 H. Diceritakan dalam kitab Manaqib Syeh Abdul Qodir Jaelani bahwa beliau melihat cahaya agung yang memenuhi ufuk dan dari balik cahaya itu kemudian keluarlah sebuah gambaran tubuh, lalu terdengarlah suara memanggil beliau: “Hai Abdul Qadir...!! Akulah Tuhan Mu !! sekarang aku nyatakan kepadamu bahwa semua yang haram aku halalkan padamu. “Maka berkalah Syeh Abdul Qadir:” Aku ber- lindung kepada Allah dari syaithon yang terkutuk”, kemudian beliau ditanya,”dari manakah kamu mengetahui bahwa aku ini syaithon...? Beliau menjawab dari perkataanmu “Telah aku halalkan yang haram pa- damu.” sebab aku (Syeh Abdul Qodir) tahu bahwa Allah tidak pernah memerintahkan untuk berbuat ke- jahatan.” Dikisahkan pula pada saat ibunya sudah ber- usia 60 th, kemudian setelah ia menanjak ke masa re- maja ia pun minta izin pada sang ibu untuk pergi me nuntut ilmu. Oleh sang ibu, ia dibekali sejumlah uang yang tidak sedikit, dengan disertai pesan agar ia tetap jujur, jangan sekali-kali berbohong kepada siapapun. Maka, berangkatlah beliau untuk memulai pencarian ilmunya, Namun ketika perjalananya hampir sampai di daerah Hamadan, tiba-tiba kafilah yang di tum- panginya diserbu oleh segerombolan perampok hingga kocar-kacir, salah seorang perampok meng- hampiri beliau dan bertanya,”Apa yang engkau pu- nya?” Beliaupun menjawab dengan terus terang bahwa ia mempunyai sejumlah uang di dalam kan- tong bajunya,perampok itu seakan-akan tidak per- caya dengan kejujuran beliau, kemudian ia pun me- lapor pada pemimpinnya. Sang pemimpin perampok pun segera menghampiri Beliau dan menggeledah bajunya, ternyata benar di balik bajunya memang ada uang, Terheran-heran kepala rampok itu lalu berkata kepada beliau: ”Kenapa kau tidak berbohong saja ketika ada kesempatan untuk itu?” Maka beliau pun menjawab “Aku telah dipesan oleh ibuku untuk selalu berkata jujur dan tidak boleh berbohong, dan aku tidak sedikitpun ingin mengecewakan ibuku” se- jenak kepala rampok itu tertegun dan merenung de- ngan jawaban syeh abdul qodir, lalu berkata:”sung- guh kamu sangat berbakti pada ibumu dan kamu pun bukan orang sembarangan.” Kemudian ia se- rahkan kembali uang itu pada syeh dan melepas- kannya pergi. sejak saat itu kepala perampok serta anak buahnya diberi hidayah oleh Allah dan ber- taubat untuk tidak melakukan merampok lagi. Di an- tara karomah beliau:”Pernah ada seorang wanita ber- kunjung kepada beliau dengan membawa anaknya agar berguru kepadanya, kemudian di perintahkan agar ia bermujahadah dan menjalani cara hidup para ulama salafus shaleh. Suatu saat wanita tadi melihat anak- nya sangat kurus dan melihat anaknya makan roti yang basi, dan ketika wanita itu masuk ke tempat Syeh dilihatnya tulang ayam bekas dimakan daging- nya, maka wanita itu menanyakan tentang hal itu, kemudian Syeh meletakkan tangannya di atas tulang ayam itu seraya berkata“Bangkitlah dengan izin Allah yang telah menghidupkan tulang yang sudah hancur” Maka bangkitlah tulang itu menjadi ayam kembali seraya berkokok” laa ilaha illalloh muhammad rosu- lulloh syeh abdul qodir waliyulloh..” Perisiwa ini me- rupakan Khoriqul adat (diluar adat) atau karomah yang diberikan Allah SWT kepada wali-wali Allah, meskipun demikian itu menurut akal manusia biasa digambarkan sebagai suatu kejadian yang sama sekali tidak dapat diterima oleh akal itu sendiri, akan teta- pi bagaimana pun kenyataanya peristiwa itu mem- buat akal manusia menjadi sadar untuk berkesimpu- lan betapa besar kekuasaan Allah. Itulah sebagian kisah tentang syeh abdul qodir al jailani, dengan di- adakan kegiatan rutinan ahad wagenan pembacaan manaqib syeh abdul qodir berharap kita bisa men- dapat barokahnya dan bermanfaat bagi kita semua.