SELAMAT DATANG DI BLOG Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Lasem

Senin, 06 Januari 2014

Sejarah IPNU IPPNU

IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA IPNU adalah salah satu organisasi pelajar terbesar di indonesia,peran dan kiprahnya dalam membangun bangsa indonesia telah mendapat pengakuan banyak pihak, baik dari internal NU maupun dari pihak luar. IPNU lahir pada taggal 24 Februari 1954/20 Jumadil Akhir 1373 di semarang atau bertepatan dengan digelarnya Konbes Ma’arif NU. Pelopor berdirinya IPNU adalah : M. Sufyan Cholil (mahasiswa UGM),H. Mustofa (solo), Abdul Ghoni Farida (semarang).Cikal bakal IPNU berawal lahirnya :Tsamrotul Mustafidzin (1936), Persatoean Santri NO. PERSANO(1939),Persatoean Moerid NO. PAMNO (1941), Ijtimauth Tholabiyyah (1945), Ijtimauth Tholabah NO (1946), Persatuan Pelajar NO. PERPENO (1954), Ikatan Pelajar NO IPENO (1945), Ikatan Moerid Nahdlatul Oelama IMNO (1945), Subbanul Muslimin,hanya saja organ-organ tersebut belum tersatukan secara nasional sehingga corak dan warna gerakanya masih bersikap lokal kedaerahan. Tanggal 30 April - 1 Mei 1954 IPNU menggelar Konferensi segi 5 di solo yang diikuti dari perwakilan Jogjakarta, Semarang, Solo, Jombang dan Kediri. Konferensi ini berhasil merumuskan asas organisasi aswaja dan tujuan organisasi, yaitu mengemban risalah Islamiyyah mendorong kualitas pendidikan dan mengkonsolidir pelajar, konfrensi ini juga menetapkan M. Tolhah Mansur sebagai ketua umum pertama. Tanggal 28 Februari - 5 Maret 1955 IPNU menggelar Muktamar I di malang, diikuti oleh 30 cabang dan beberapa utusan pondok pesantren. Pada muktamar ini sejarah baru tercipta, IPPNU lahir tepatnya pada tanggal 2 Maret 1955. Tanggal 1-5 Januari 1957 IPNU menggelar muktamar II di pekalongan, hasil yang di capai dalam muktamar ini adalah pengembangan konsolidasi organisasi, pengembangan cabang- cabang ke luar jawa dan pesantren. Tanggal 27 Desember 1958 -2 Januari 1959 IPNU menggelar muktamar III di Cirebon Jawa Barat, selain soal krisis politik dan ekonomi nasional pengembangan cabang masih menjadi prioritas bahasan, dalam muktamar muncul gagasan pembentukan departemen perguruan sebagai embrio berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Tanggal 11-14 Februari 1961 digelar Muktamar IV di Jogjakarta, muktamar ini menghasilkan 9 progam kerja dan rekomendasi pemantapan pendirian PMII, pergantian istilah muktamar menjadi kongres, finalisasi lambang IPNU dan sebagainya. Kongres V dilaksanakan di Purwokerto pada juli 1963, dalam kongres ini diputuskan peneguhan iden- titas NU dalam IPNU untuk selamanya. Hal ini di lakukan karena muncul gagasan adanya kontrofersial untuk menghilangkan NU dalam akronim IPNU. Kongres VI dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 20-24 Agustus 1966, situasi politik dalam negeri yang sedang panas-panasnya mengharuskan IPNU mengkonsolidir sayab militernya yaitu Corb Brigade Pembangunan(CBP). Melalui kongres ini di rumuskan penguatan organ dengan sebutan gerakan penguatan ranting, perencanaan pelatihan, pembinaan kader & sosialisasi Aswaja, di samping itu juga memutuskan kantor pusat IPNU pindah dari Jogjakarta ke Jakarta. Kongres VII dilaksanakan di Semarang pada tanggal 20- 25 Agustus 1970, selain berbagai keputusan internal kongres juga memberikan respon politik terhadap Orde Baru yang menunjukkan watak otoriter yang birokratiknya kongres ini juga mengkritisi militerisme desakan menaikkan anggaran pendidikan sampai 75 % dalam APBN. Kongres VIII dilaksakan pada tanggal 26-30 desember 1976 di wisma Ciliwung Jakarta, pelaksanaan kongres terlambat sebagai impli- kasi penjinakan yang dilakukan oleh orde baru, selain penyempurnaan PDPRT dan perumusan program kerja pada kongres ini juga dibangun aliansi setrategis antar pelajar. Kongres IX dilaksanakan di Cirebon pada tanggal 20-25 Januari 1981, Kongres ini menghasilakn berbagai keputusan penting menyangkut pola program organisasi,penguatan pelatihan, pengesahan pedoman pegkaderan dan sebagainya. Sempat tersendat - sendat IPNU akhirnya berhasil menyelenggarakan Kongres X di Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar Jombang pada tanggal 29-31 Januari 1988, kongres ini mencatat sejarah penting yaitumengubah singkatan pelajar menjadi Ikatan Putra NU,langkah ini diambil sebagai upaya untuk menyesuaikan UU no.8 1985 tetang keormasan, melalui undang undang itu pemerintah melarang keberadaan organisasi pelajar kecuali OSIS. Kongres XI diselenggarakan di Lasem Rembang pada tahun 1992 dengan menghasilkan langkah-langkah setrategis IPNU untuk memberdayakan pelajar dan remaja pada umumnya. Kongres XII di Garut jawa barat pada tanggal 10-14 juli 1996, melalui kongres ini periode pimpinan pusat dari 5 tahun menjadi 4 tahun,usia maximum yang awalnya 32 tahun menjadi 35 tahun. Kongres XIII dilaksanakan di Makasar pada tanggal 22-26 Maret 2000 di hadiri oleh presidan Gus Dur, hal yang monumental dalam kongres ini adalah lahirnya deklarasi makasar yang menguakan basis IPNU pada pelajar dan santri, setelah kongres ini IPNU melakukan gebrakan dengan mendirikan komisariat di sekolah, pesantren dan perguruan tinggi. Kongres XIV IPNU dilaksanakan pada tanggal 18-21 Juni 2003 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, kongres terakhir ini menorehkan catatan sejarah maha penting dalam perjalanan IPNU, yaitu mengubah IPNU ke khithahnya IPNU berubah menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.Keputusan kembali ke pelajar diperkuat dalam Kongres XV IPNU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada tanggal 9-12 Juni 2006, satu hal yang terasa menonjol dari kepengurusan IPNU pada periode ini adalah karya jurnalistik dan penerbitan. Kongres ke XVI dilaksanakan di PP Al Hikmah 2 Brebes Jawa Tengah pada tanggal 19-22 Juni 2009. Kongres IPNU XVII diselenggarakan di Asrama Haji Palembang, Sumatera Selatan, pada 30 November - 4 Desember 2012, mengangkat tema Pendidikan untuk Kemandirian Bangsa. Diangkatnya tema tersebut, kerena kemandirian sangatlah dibutuhkan oleh bangsa ini ditengah keterpurukan, kondisi kita di hampir semua level kehdupan. Salah satu faktor utama adalah tidak adanya independensi mengelola nasib bangsa sendiri.