SELAMAT DATANG DI BLOG Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Lasem

Kamis, 03 April 2014

ISLAM, AGAMA YANG NASIONALIS


Oleh : Ahyar
حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الْإِيْمَانِ cinta negeri adalah sebagian dari iman”
Hadist tersebut merupakan Hadist yang menggambarkan Islam sebagai Agama yang sangat menjunjung tinggi pemeluknya agar memiliki jiwa nasionalis. Islam tak pernah melepaskan perananya dalam sebuah tata negara, seperti halnya tercapainya kemerdekaan Indonesia tak lepas dari peranan Islam sebagai Agama Mayoritas. Tokoh-tokoh dari kalangan Islam pun bermunculan sebagai tokoh penggerak revolusi Indonesia melawan penjajahan kolonial. Bahkan pergerakan perjuangan bangsa Indonesia yang nyata melawan dominasi Politik, Ekonomi, Pendidikan kolonial Belanda berasal dari perhimpunan Islam dalam bidang Ekonomi yang di galang oleh H. Samahudi bernama Sarikat Dagang Islam (SDI) yang dalam berjalanya waktu cakupanya di perluas menjadi sebuah partai untuk melawan dominasi Politik penjajah Belanda menjadi Sarikat Islam (SI) yang di pelopori oleh HOS Cokroaminoto, hingga menjadi organisasi Revormis yang menantang kebijakan tanam paksa dari pemerintahan Hindia-Belanda pada saat itu.
Kemudian dari kalangan pesantren muncul Organisasi-organisasi seperti Hizbullah, Sabillahyang mewadahi Santri dan Kiya’i dalam bidang militer, kemudian adalagi organisasi Nahdlatul Tujjar, Nahdlatul Wathon, Tafkirul Afkar yang masing-masing mewadahi santri dalam bidang Ekonomi, Pergerakan Kemerdekaan dan Intelektual dengan tokoh penggagasnya seperti K.H Wahab Hasbullah, K.H As’ad Syamsul Arifin, K.H Hasyim Asy’ari dan tokoh-tokoh Islam lainya.
Itu membuktikan bahwa peran Islam terutama para kaum santri tidak sedikit dalam menunjang kemerdekaan Indonesia. Peran Islam yang lebih patriot lagi adalah peristiwa 10 November di Hotel Yamato Surabaya, di mana para umat Islam terutama kalangan santri berjihad Fi Sabilillahuntuk mengusir penjajah. Sekilas cerita, pada saat itu Inggris yang bersekongkol dengan Belanda yang ingin menduduki Indonesia kembali yang sudah merdeka mengeluarkan kebijakan agar para aktifis kemerdekaan menyerahkan diri dan para penduduk yang memiliki senjata agar menyerahkan senjatanya. Tapi oleh K.H Hsyim Asy’ari menentang kebijakan tersebut, dan akhirnya mengeluarkan fatwa yang terkenal sebagai Resolusi Jihad bahwa Fardlu Ain untuk melawan penjajah bagi setiap umat Islam dalam radius 94 KM dan akhirnya pertempuran di Hotel Yamato di menagkan oleh para pejuang Islam.
Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara juga tak terlepas dari tukoh-tokoh Islam, karena lima dasar Pancasila yangdi usulkan Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI dan di terimanya refisi sila pertama Pancasila agar bisa menjadi asas yang bisa di terima semua agama yang ada di Indonesia juga melalui nasehat dari K.H Hasyim Asy’ari. Pasca kemerdekaan peran tokoh-tokoh Islam pun sangat signifikan dalam menjaga Integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam kabinet pertama Indonesia bentukan Sultan Syahrir tokoh-tokoh Islam pun mewarnai dari golongan Masyumi yang pada saat itu menjadi partai Islam dari koalisi organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhamaddiyah, Dan setelah Indonesia benar-benar mendapat pengakuan Internasional atas kemerdekaanya melalui Konfrensi Meja Bundar di Den Hag Belanda pada bulan Desember tahun 1949,  kabinet bentukan Hatta dalam Replubik Indonesia Serikat tokoh-tokoh Islam masih mendominasi semisal K.H Wahid Hasyim sebagai mentri Agama dan Abu Hanifah sebagai mentri Pendidikan dan lain sebagainya.
Walaupun nama Islam sempat tercoret oleh pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo di Yogyakarta yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam yang berasaskan Syariat Islam. tapi hal tersebut dapat di redam. Dalam pemberontakan yang di lakukan PKI pada 29 September peran Islam untuk meredam pemberontakan tersebut sangat signifikan, di daerah pedesaan para pemuda yang tergabung dalam Ansor melakukan perlawanan dengan membunuh para Komunis yang ingin mengganti kedaulatan Pancasila sebagai asas utama NKRI dengan Faham Sosialis Komunis yang di bawa dari Uni Soviet.
Nahhhh... itu kilasan sejarah tentang peran Islam dalam menunjang kedigdayaan NKRI, semoga bisa menjadi pengetahuan baru bagi kita semua dan lebih bisa memupuk rasa Nasionalisme kita kepada Bangsa Indonesia, lebih-lebih kita adalah Santri, Santri yang identik dengan Jiwa Nasionalisme yang Tinggi...!!!

By : Akhyy Al-Hariq