Oleh : Uswatun H.
Pemberdayaan waktu adalah usaha manusia untuk menjadikan
waktu sebagai sumber daya. Dan hanya manusialah yang memiliki “budaya waktu”,
manusia sajalah yang mempunyai konsep waktu.
Ada beberapa perkataan para tokoh Islam yang berkaitan
dengan waktu, Pertama adalah Hasan Al Banna, Ulama, motivator dan tokoh gerakan
al ikhwal al Muslim di mesir. Kutipan tersebut adalah “waktu adalah kehidupan,
menyia-nyiakan wakttu berarti menyia-nyiakan kehidupan”.
Kedua, adalah perkataan Malik bin Nabi’, beliau
berkomentar wakttu adalah sungai yang
mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintasi pulau, kota dan desa,
membangkitkan semangat atau menina bobokkan manusia. Ia diam seribu bahasa,
sampai- sampai manusia sering tidak menyadari
kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu selain
Tuhan tidak akan mampu melepaskan diri darinya.
Dari kedua kutipan tersebut, terlihat betapa waktu merupakan
sesuatu yang amat penting dalam kehidupan manusia. Idak hanya manusia, Allah
saja sang pencipta waktu sangat mementingkan waktu.
Ada pesan penting di balik semua itu, yakni agar manusia
menggunakan dan memanfaatkan waktut sebaik-baiknya. Disinilah sebetulnya kunci
kesuksesan hidup diletakkan. Orang-orang yang berhasil dalam hidupnya adalah
orang yang mau dan mampu mempergunakan dan menghargai waktu dengan
sebaik-baiknya.
Sebagian orang mengatakan bahwa waktu adalah emas. Lebih
dari itu, waktu di dalam Islam lebih sekedar emas atau barang berharga lainya
di dunia ini. Islam tidak sekedar mengajarkan kepada Manusia tentang pentingnya
waktu, tetapi juga bagaimana menghargai waktu.
Sikap kita terhadap waktu sama dengan sikap kita dalam
menghargai modal kehidupan ini. Jika kita ingin membeli sesuatu, berarti kita
memerlukan modal financial dan jika kita ingin melakukan sesuatu dalam hidup
ini , kita membutuhkan modal hidup, yakni waktu. Inilah yang menjadi alasan
mengapa al Qur’an menganjurkan kepada kita untuk menghargai waktu yang kita
miliki sebelum kehidupan ini berakhir.
Oleh sebab itu, seoran g Muslim harus menyadari bahwa waktu
adalah : pertama, ukuran kehidupan. Waktu adalah sebuah amanah, waktu adalah
sebuah anugerah. Kedua, kita dilahirkan di dalam waktu, hidup di dalam waktu,
mati di dalam waktu, waktu adalah kesempatan yang di dalamnya kita memmiliki
peluang yang besar untuk mengoprasikannya, apa yang kita lakukan dalam hidup
ini. Ketiga, manusia harus menyadari bahwa setiap momen yang berlalu merupakan
sebuah kesempatan yang telh berlalu, telah di gunakan dengan baik atau tidak
baik, tidak akan berulang kembali. Dengan segera waktu akan berakhir dan kita
pasti akan meniggalkan dunia yang fana ini dan meniggalkan kisah untuk
kehidupan kita.
Jadi manusia Indonesia harus menyadari sumber daya waktunya
bukan hanya membanyangkan sumber daya alam, sumber daya lain-lain yang bersifat
materiil juga sumber daya lain yang bersifat metafisis, yakni waktu.
Biasanya kita menyadari pentingnya waktu setelah kita
kehilangan waktu tersebut, kehilangan hari ini , begitu juga kehilangan hari
kemrin. Pada titik inilah orang akan menyadari betapa waktu menjadi hal yang
amat penting dalam siklus hidup manusia. Mungkin orang terbiasa menyepelekannya
dengan perkataan “masih ada hari esok, masih ada waktu lagi”. Pada hal waktu
terus berjalan.
Konon menurut filsafat agama, dan kaitannya dengan filsafat
manusia, waktu adalah sesuatu yang berjalan mundur. Tetapi dalam filsafat
modern waktu itu bergerak maju, ia akan mencapai titik yang disebut masa depan.
Meninggalkan kesekarangan, bahkan kelampauan.
Tetapi sayangnya kita tidak
pernah faham dengan filsafat waktu ini, ada baiknya memang kita yang
bergerak mengendalikan dan mengatur waktu. Menghabiskan sisa waktu yang
ditentukan melalui filsafat agama, atau menuju waktu panjang dalam filsafat
masa depan.